SURABAYA (24 April 2024) -
Stok gula konsumsi nasional dalam waktu dekat akan bertambah seiring
kesiapan giling pabrik gula PT Perkebunan Nusantara Group yang dikelola oleh PT
Sinergi Gula Nusantara (SGN). Saat ini baru PG Kwalamadu saja yang telah giling
tebu, mengingat karakteristik iklim di wilayah Sumatera Utara.
“Saat ini pabrik gula SGN telah siap giling
tebu petani untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi masyarakat. Tinggal menunggu
tingkat kemasakan tebu untuk mencapai rendemen optimal”, ungkap Aris
Toharisman Direktur Utama SGN.
Pihaknya
menyebut harga gula saat ini yang cenderung naik dikarenakan stok gula yang
berkurang dan sebagian gula impor masih dalam proses pengadaan, dan stok
tersebut akan terpenuhi kembali ketika pabrik gula giling kembali. Meski
demikian berdasarkan data stok tersebut aman hingga giling tebu mendatang.
"Maret lalu
persediaan gula SGN sebesar 2,8 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
hingga giling tahun 2024. Selain stok Gula SGN, masih ada persediaan gula milik
petani dan milik pedagang di gudang PG SGN. Total stok saat ini kurang lebih
sebesar 144 ribu ton dengan sebaran di Sumatera Utara 7 ribu ton, Sumatera
Selatan 12 ribu ton, Lampung 4,7 ton, Jawa Tengah 4,3 ribu ton, Jawa Timur 113
ribu ton, dan Sulawesi Selatan 3 ribu ton. Sedangkan proyeksi produksi tahun
2024 sebesar total 992 ribu ton gula kristal putih untuk memenuhi kebutuhan
gula konsumsi masyarakat,"
terang Aris Toharisman.
Aris
menambahkan, produksi gula di dalam negeri tahun ini diprediksi akan mencapai
2,3 juta ton. Sekitar 900-an ribu ton diantaranya adalah produksi PTPN dan
petani yang memasok tebu ke SGN.
“Data taksasi Maret ada peningkatan dibanding
tahun 2023, yakni 12,8 juta ton dari tahun lalu yang hanya 10 juta ton tebu.
Sedangkan protas juga naik menjadi 69 ton per hektar dari 58 ton per hektar
pada tahun 2023”, lanjutnya.
Menurutnya
keterlibatan petani tebu dalam pencapaian swasembada gula nasional sangat
besar, untuk itu pihaknya memberikan perhatian khusus terhadap petani mitra
diantaranya penyediaan sarana produksi melalui program MAKMUR yang bersinergi
dengan PT Petrokimia Gresik hingga pihak perbankan untuk keperluan permodalan
biaya kebun hingga tebang angkut.
“SGN terus berupaya
meningkatkan kinerja industri gula melalui berbagai cara. Pertama, melakukan
perbaikan hubungan kemitraan dgn petani tebu. Kedua, memfasilitasi petani dalam
penjualan gula pada harga relatif tinggi dgn pembayaran cepat. Ketiga,
memfasilitasi ketersediaan pupuk melalui program Makmur bekerja sama dengan
BUMN Pupuk dan Perbankan. Dampaknya terlihat dari perluasan area tebu rakyat
tahun ini dari sebelumnya sekitar 120ribu hektar menjadi 123ribu hektar,” tambah Aris Toharisman.
Di
sisi lain, Bapanas juga melakukan penyesuaian Harga Acuan Pembelian (HAP)
sebesar Rp17.500 per kilogram sesuai
dinamika harga di lapang, terutama dalam meng-akomodir harga jual gula
petani. Sunardy Edy Sukamto ketua DPD
APTRI menyambut baik berbagai kebijakan PTPN dan Pemerintah yang sangat
kondusif dalam mendukung kelancaran usaha tani tebu.
“Kami menyambut positif
kebijakan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani dan mendukung
upaya swasembada gula baik dari PTPN dan Pemerintah, karena pada intinya peran
petani tebu tidak dilupakan dan pencapaian swasembada gula harus sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan para petani tebu”, tegas Sunardy Edy Sukamto.
Komentar
Posting Komentar